Mengunjungi museum atau bangunan tua mungkin sudah biasa. Tapi kalau ke Istana Presiden jelas beda. Apalagi kalau istana tersebut masih berfungsi sebagai tempat peristirahatan sekaligus kantor presiden, seperti halnya Istana Kepresidenan Bogor. Wah, jelas itu termasuk kunjungan langka. Istana Bogor berada di kaki Gunung Salak, tepatnya di tengah Kota Bogor, Jawa Barat. Komplek istana ini terletak di atas tanah seluas 28,8 hektar. Halaman istana ditumbuhi aneka pohon besar merindangi rerumputan hijau yang membentang luas. Di halamannya hidup bebas ratusan ekor rusa yang jumlahnya kian membengkak dari waktu ke waktu.
Istana Bogor dibangun pada tahun 1745 atas perintah Gubernur Jendral G W Baron Van Imhoff yang akan digunakan sebagai temat peristirahatan. Ketika dibangun, hanya berupa pesanggrahan yang modelnya meniru gedung Blenhiem Palace, tempat kediaman Duke of Malborough (nenek moyang Diana, Putri Wales) yang terletak di dekat oxford, Inggris. Pesanggrahan itu diberi nama Buitenzorg yang berarti bebas masalah atau kesulitan. Nama tersebut mencakup perkampungan di sekitarnya.
Sejak berdiri sampai sekarang, bangunan Buitenzorg mengalami beberapa kali pemugaran akibat perang, bencana dan penyesuaian terhadap perkembangan jaman. Pada masa Gubernur Jenderal Willem Daendels yang berjuluk Tuan Besar Guntur (1808-1811) memimpin, ia menambah gedung di sebelah kiri dan kanan gedung induk, sedangkan gedung induk dijadikan dua tingkat. Untuk mengisi kekosongan halaman bangunan yang luas, dipelihara enam pasang rusa yang didatangkan dari perbatasan India dan Nepal. Rusa-rusa itu terus bertambah banyak, jumlahnya kini ratusan ekor.
Ketika Inggris berkuasa, Wakil Gubernur Jenderal Thomas Stamford Rafless memugar bangunan ini, terutama bangunan besar di tengah yang oleh Daendels digunakan sebagai gudang penyimpanan bahan bangunan. Rafless juga menata ulang kebun halaman di sekitarnya menjadi taman model Inggris.
Saat Belanda berkuasa kembali, Istana Buitenzorg mengalami renovasi besar-besaran. Misalnya pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron van der Capellen (1817-1826) membangun menara di tengah-tengah gedung induk. Halaman yang mengelilingi bangunan istana dijadikan sebagai kebun percobaan untuk penyelidikan tanaman tropis dari dalam dan luar negeri.
Lalu pada tanggal 18 Mei 1917 kebun percobaan tersebut diresmikan menjadi Kebun Raya, yang sekarang dikenal sebagai Kebun Raya Bogor. Pendirinya Prof. C.G.C Reinwardt yang ketika itu menjabat Direktur Urusan Pertanian, Kerajinan dan Ilmu Pengetahuan di Hindia Belanda. Gempa bumi, 10 Oktober 1834 menghancurkan sebagian besar kebun dan bangunan tersebut.
Tahun 1850 Gubernur Jenderal Duy Mayer van Twist merubuhkan bangunan lama dan membuat bangunan baru satu tingkat dengan gaya bangunan Eropa abad 19. Selain itu ditambah dua jembatan penghubung antara gedung induk dan gedung sayap kanan serta sayap kiri, namun akhirnya berubah fungsi menjadi koridor. Pemugaran bangunan ini baru sempurna pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pahud de Montanger (1856-1861).
Pemerintah Indonesia mulai menggunakan Istana Bogor pada Januari 1950. Pada 1952 ada sedikit penambahan di bagian depan induk berupa emperan yang ditopang oleh sepuluh pilar bergaya Ionic, menyatu dengan serambi muka yang juga disanggah enam pilar bergaya serupa. Anak tangga yang semula setengah lingkaran berubah bentuk menjadi horizontal.
Karena kerap digunakan untuk acara-acara kenegaraan yang kerap didatangi tamu-tamu penting, maka sejak 1954 dibangun paviliun I sampai V seluas 2.363 m persegi yang letaknya terpisah dengan istana. Paviliun II pernah ditempati Soekarno dan Ibu Hartini. Tahun 1964 dibangun lagi sebuah paviliun seluas 500 m persegi yang juga terpisah dari istana dan diberi nama Diah Bayurini yang digunakan Soeharto berserta keluarga saat berada di Bogor.
Bangunan utama Istana Bogor adalah Gedung Induk yang di dalamnya terdapat Ruang Garuda, Teratai, Film, Perak, Kerja, Makan, Pantri dan beherapa ruang tidur serta ruang induk yang terdapat di sayap kanan maupun kiri. Selain itu terdapat bengunan pendukung herupa perkantoran, poliklinik, pergudangan, pos jaga, ruang serba guna, museum dan heberapa paviliun. Istana induk sayap kiri memiliki luas bangunan 325 m persegi. Bangunan ini kerap dipakai sebagai tempat menginap para menteri. Di dalamnya terdapat enam buah kamar tidur, satu ruang pertemuan dan satu ruang konferensi.
Sampai sekarang, Istana Bogor berfungsi sebagai kantor dan kediaman resmi Presiden. Beberapa peristiwa penting dan bersejarah pernah terjadi di istana ini, diantaranya peristiwa penandatangan Super Semar. Dulu Istana Bogor hanya diperuntukkan sebagai tempat peristirahatan dan pesta para Gubernur Jenderal kemudian menjadi tempat acara kenegaraan dan penting lain bagi para petinggi negara termasuk presiden dan jajaran menteri, kini seiring masa keterbukaan, Istana pun terbuka untuk umum.
Masyarakat dapat berkunjung dan diperbolehkan melihat langsung beberapa ruangan di dalamnya. Namun untuk itu, masyarakat perlu mematuhi persayaratan yang berlaku. Meski pengunjung tidak bisa bermalam di Istana Bogor, rasanya cukup puas bisa mengambil gambar atau berpose bersama dengan latarbelakang istana sebagai tanda bukti kita sudah menginjakkan kaki di kantor sekaligus kediaman orang nomor satu di negeri ini.
sumber : perempuan.com
welcome
Langganan:
Postingan (Atom)